Tempat Wisata dan Kepulangan PMI Jadi Perhatian Khusus Pemprov Sumut

SUMUT105 Dibaca

MEDAN, WARTATODAY.COM – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) mewaspadai peningkatan signifikan penyebaran Covid-19 menjelang libur Idulfitri 1442 H/2021. Kekhawatiran ini semakin meningkat karena saat ini dunia memasuki gelombang ketiga penyebaran Covid-19.

Peningkatan signifikan penyebaran Covid-19 sempat melambat di negara-negara Eropa, Amerika dan Amerika Selatan, serta sebagian Asia, tetapi dalam beberapa bulan terakhir mengalami peningkatan. Kasus Covid-19 di Sumut sendiri dua bulan terakhir cukup datar, Februari rata-rata penambahan 131 kasus per hari dan Maret 91, bahkan tiga bulan sebelumnya berada di angka 80-an.

Menurut Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, usai Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 dan Mitigasi Bencana Wilayah Sumut, Selasa (20/4/2021), tren positif ini perlu ditingkatkan dan dipertahankan selama Ramadan dan menjelang Idulfitri. Karena itu, masyarakat diminta untuk tidak mudik dan menjauhi kerumunan terutama di tempat-tempat wisata.

Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, mobilitas penduduk Sumut meningkat signifikan ke taman dan tempat wisata pada libur panjang Februari 2020 hingga April 2021. Pada saat Iduladha 2020 ada peningkatan mobilitas 20%, saat libur kemerdekaan 29%-99%, Maulid Nabi 41%, Natal dan Tahun Baru 23%-85%, Imlek 21% dan Isra Mikraj 24%.

“Ada peningkatan yang signifikan di dunia, Eropa, Amerika bahkan Thailand. Ini perlu kita antisipasi secara serius karena di negara kita Mudik saat Lebaran sudah menjadi tradisi kuat. Bukan hanya dari Sumut, tetapi juga dari luar negeri. Dengan larangan mudik masyarakat mungkin akan beralih ketempat wisata karena kita harus mengantisipasi ini,” kata Edy Rahmayadi, didampingi Kadis Kominfo Sumut Irman Oemar, di Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman Nomor 41 Medan.

Selain mudik dan kerumunan di tempat wisata, kepulangan Pekerja Migran Indonesia (PMI) juga menjadi perhatian Pemprov Sumut. Sejak pandemi Covid-19 Sumut sebagai salah satu pintu masuk dari luar negeri terus kedatangan PMI baik legal maupun ilegal. Total dari 2 Januari hingga 18 April 2021 terdapat 9.983 WNI dari luar negeri yang masuk ke Sumut. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat jelang Idulfitri.

“Kita akan segera membentuk tim yang terdiri dari semua instansi terkait karena ini butuh koordinasi kuat, termasuk bandara, pelabuhan, imigrasi, TNI, Polri dan lainnya. Kita akan betul-betul mem-filter WNI yang masuk ke Sumut, isolasi selama lima hari untuk yang negatif tes PCR dan yang positif kita rawat bila butuh perawatan,” tegas Edy Rahmayadi.

Kekhawatiran kedatangan WNI dari luar negeri meningkat karena saat ini penyebaran mutasi Covid-19 meningkat. Menurut keterangan Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 dr Dwi Bur Aisyah, ada enam varian yang terdeteksi di Indonesia, D6144G (1048 mutasi April 2020), Q677H (40 mutasi April 2020), L18F (56 mutasi September 2020), N439K (245 mutasi November 2020), N501Y (12 mutasi Jan 2021) dan E484K (2 mutasi Februari 2021).

“Berdasarkan data GISAID (Global Initiative on Sharing ALL Influenza Data) ada 6 mutasi varian yang ditemukan di Indonesia dan ini bisa jadi bertambah dengan kedatangan orang dari luar negeri. Kita tidak ingin itu terjadi karena semakin banyak variannya tentu akan semakin sulit penanganannya,” kata Dwi melalui teleconference.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengingatkan mudik ke kampung halaman bisa berakibat buruk kepada daerah-daerah yang masih berstatus zona hijau. Di Sumut dari 12 April – 18 April 2021 tidak ada kabupaten/kota yang berstatus risiko tinggi, 10 kabupaten kota risiko sedang, 20 risiko rendah, 3 tanpa kasus dan 0 yang tidak terdampak. Capaian ini menurut Doni tidak akan bertahan lama atau malah makin memburuk bila tingkat kepatuhan masyarakat rendah.

“Sumut sudah bekerja keras untuk menangani Covid-19, tetapi bila tidak ada kepatuhan capaian ini tidak akan lama. Tahan kerinduan Anda kepada orang tua di kampung, karena bila Anda memaksakan mudik dan membawa Covid-19 ke kampung itu bisa menjadi kisah tragis karena di kampung fasilitas kesehatan kemungkinan minim. Secara tidak langsung mungkin Anda menjadi pembunuh orang tua-orang tua di kampung bila memaksakan mudik,” tegas Doni.- (hms)

print

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *