MEDAN, WARTATODAY.COM – Universitas dan Mahasiswa di Indonesia dinilai harus bersiap diri untuk menghadapi dan beradaptasi terhadap revolusi industri 4.0.
Hal itu mengemuka dalam Seminar Nasional Teknologi Informasi dengan tema “Pendidikan Digital di Era Revolusi Industri 4.0”, di Aula Magna Gedung Perpustakaan Universitas Katolik Santo Thomas (UNIKA) Medan, Rabu (19/12/2018).
Dekan Fakultas Ilmu Komputer (Ilkom) Lamhot Sitorus menyampaikan, bahwa kita masih ingat kejadian ditahun 2000 atau lebih dikenal dengan singkatan Y2K (Year 2 Kilo).
“Ini adalah kesalahan perhitungan oleh komputer yang disebabkan oleh sistem penyimpanan tanggal yang hanya menyediakan dua digit untuk tahun, dengan asumsi bahwa kedua digit pertama adalah “19”. Hal ini dilakukan di tahun 60-an ketika komputer pertama dirancang untuk menghemat media penyimpan, tapi ketika tahun baru 2000 tiba, komputer dapat menunjukkan tanggal yang berubah dari 31 Desember 1999 ke 1 Januari 1900,” ucapnya.
Akibatnya, lebih dari USD 300 miliar telah dilaporkan dihabiskan dalam persiapan untuk mengantisipasi bencana yang disebut Y2K atau Year 2 Kilo.
“Sebagai akibatnya banyak perusahaan di seluruh dunia mengadakan pembaharuan di bidang komputer, baik perangkat lunak maupun perangkat keras,” sambung Lamhot.
Rektor Universitas Katolik Santo Thomas (Unika) Frietz R. Tambunan dalam sambutannya usai membuka acara itu menyebutkan, sejak tahun 2011, kita telah memasuki Industri 4.0.
“Hal ini ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi, dan batas antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya yang semakin konvergen melalui teknologi informasi dan komunikasi,” sebutnua
Pemerintah Indonesia sendiri telah memasuki Industri 4.0 dengan peta jalan mengenai strategi Indonesia dalam implementasi memasuki Industri 4.0 yang digagas Kementerian Perindustrian dengan nama “Making Indonesia 4.0”.
Untuk langkah awal dalam menjalankan peta jalan “Making Indonesia 4.0”, kata Frietz, pemerintah akan menjadikan lima industri nasional sebagai fokus implementasi industri 4.0 di tahap awal. Kelima industri tersebut ialah makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik, dan kimia.
Fruetz juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh civitas akademika hal ini disampaikannya karena akreditasi Unika saat ini adalah B. “Prestasi ini merupakan hasil kerjasama dari berbagai pihak diantaranya, Pimpinan, Dosen, Pegawai, Mahasiswa, Alumni serta Rekan Pengguna Alumni,” katanya.
Sementara Dosen Unimed, Janner Simarmata menyampaikan ada 4 hal penting sebagai ciri era RI 4.0 yang dikenal dengan 4C yaitu critical thinking, creativity, communication, dan collaboration.
“Ia selaku pemateri mencoba memaparkan sejarah revolusi Industri dari mulai Industri 1.0 sampai dengan Industri 4.0 dengan karakteristiknya masing-masing. Di Jerman sendiri industri 4.0 mulai berkembang di beberapa wilayah, dan hampir disetiap wilayah terdapat industri 4.0. Adanya Industri 4.0 tak terlepas dari adanya peran Akdemisi, bisnis dan pemerintah,” ucap Janner.
Revolusi industri mengalami puncaknya saat ini dengan lahirnya teknologi digital yang berdampak terhadap hidup manusia di seluruh dunia. Revolusi industri terkini atau generasi keempat (4.0) mendorong sistem otomatisasi di hampir semua aktivitas manusia.
“Akibatnya, pendidikan saat ini dihadapkan pada era perubahan besar yakni revolusi industri 4.0. Sayangnya, masih sedikit dunia pendidikan yang menyiapkan model pendidikan era ini. Padahal, jelas bahwa revolusi industri 4.0 menuntut konsekuansi logis perubahan di semua sektor dunia kerja,” paparnya
Sedangkan, Tonni Limbong menyebutkan, sebagai dosen kita harus bisa berinovasi dalam menyampaikan materi kuliah dengan memilih metode-metode pendidikan yang inovatif di era digital.
“Persiapan sistem pembelajaran yang lebih inovatif seperti penyesuaian kurikulum pembelajaran berbasis KKNI, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan riset,” imbuhnya.
Sebelumnya, Pihak panitia kegiatan diwakili Sorang Pakpahan melaporkan kegiatan ini dilaksanakan oleh Fakultas Ilmu Komputer (Ilkom) dan kegiatan ini sebagai upaya memahamkan civitas akademika dan mahasiswa Unika tentang arti penting pendidikan digital sebagai sebuah fenomena dalam revolusi industri 4.0.
“Serta menjalankan amanah perguruan tinggi untuk memberikan pemahaman tentang tantangan dan peluang di era disrupsi bagi masyarakat,” kata Sorang.
Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh angkatan mahasiswa-mahasiswi dilingkungan Fakultas Ilmu Komputer, sekitar 200 an,” dan diharapkan seminar nasional ini dapat membuka wawasan para mahasiswa tentang revolusi industri 4.0, dan rencananya tahun depan juga akan digelar seminar serupa, “tutup Sorang.- (js)