DELISERDANG, WARTATODAY.COM – Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah meresmikan Giling Perdana Pabrik Gula PTPN II Sei Semayang, Selasa (25/2/2020). Peresmian ditandai dengan pelemparan tebu ke mesin giling oleh Wagub.
Pada kesempatan itu, Wagub menyampaikan peresmian beroperasinya kembali pabrik gula ini diharapkan dapat menambah produksi gula yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat khususnya di Sumut dan mengurangi impor gula. Apalagi dirinya telah menghitung bahwa satu orang membutuhkan gula untuk dikonsumsi setidaknya 50 gram/hari. Jika harga rata-ratanya Rp 16.000, maka biaya per orang sekitar Rp 800/hari.
“Mungkin bagi yang berkecukupan harga ini tidak begitu berarti. Tetapi jumlah ini bagi masyarakat yang ekonominya terbatas pasti berpengaruh,” ujarnya
Dengan hadirnya pabrik gula yang telah berhenti beroperasi selama lebih kurang Lima tahun ini, Wagub berharap pasokan gula untuk Sumut bertambah. Namun mengingat perusahaan tersebut milik BUMN, tentu yang paling utama adalah harga jual yang bersaing dari pabrik swasta.
Selain itu, operasional pabrik gula ini akan berdampak pada perekonomian masyarakat, setidaknya bagi karyawan yang berjumlah sekitar 4.000 – 5.000 orang. Jika dirata-rata jumlah satu keluarga ada empat, maka akan melibatkan sedikitnya 16 ribu jiwa.
“Kami berharap semoga perusahaan (PTPN II, PTPN III dan PTPN IV) yang ada di Sumut ini dapat sehat. Karena kalau sehat, bisa berpengaruh pada kita dan masyarakat kita,” sebut Musa Rajekshah yang akrab disapa Ijeck.
Ijeck menyebutkan bahwa Sumut punya potensi besar di sektor perkebunan. Mulai dari sawit, karet, tembakau, teh, coklat dan lainnya. Yang bertahan maksimal sejauh ini menurutnya adalah perkebunan sawit. Sebab komoditi lain seakan redup.
“Coklat kita juga tidak maksimal. Kami kemarin kedatangan tamu dari Dubes Switzerland dan bercerita tentang investasi. Sampai saya bilang mereka hebat punya coklat terbaik di dunia. Ternyata Indonesia (yang) punya pohonnya (bahan mentah). Artinya kita hanya menanam, tetapi tidak bisa mengolah sampai dengan barang jadi,” sebutnya.
Untuk pabrik gula sendiri lanjut Ijeck, didukung dengan luas areal perkebunan tebu sekitar 8.500 Ha yang produktif dari total 11.000 Ha yang ada. Persoalannya adalah sebagian lahan dikuasai penggarap dan pihak luar.
“Kami berharap mulailah kita bersama unsur Forkopimda mengamankan aset negara. Karena tujuannya adalah untuk kebutuhan masyarakat kita. Tujuannya adalah bagaimana kita membantu ekonomi daerah. Mudah-mudahan areal itu bisa kembali, bisa tertanam semuanya dan pabrik ini bisa terpenuhi kebutuhan produksinya. Kami berharap semuanya menjaga perusahaan ini,” jelas Wagub.
Semetara Direktur Pemasaran PTPN III (Holding) Dwi Sutoro mengatakan sebagai BUMN, perusahaan ini dituntut dari aspek komersial bisnis untuk mendukung pendapatan pabrik gula agar operasionalnya berjalan berkesinambungan.
“Kita tidak bisa menjalankan semua komoditi. Tetapi dengan tekad menentukan 6 komoditi utama dan gula adalah salah satu dari itu yang harus kita dukung. Termasuk aspek strategis, dimana produksi gula kita di bawah dari kebutuhan domestik. Sehingga dari (kebutuhan) 3 juta ton/tahun, produksi rata-rata 2,2 juta ton,” jelasnya.
Karena itu, kehadiran pabrik di Sei Semayang ini lanjut Dwi, sedikit banyak menurunkan ketergantungan terhadap impor gula.
Dirut PTPN II M Iswan Achir Parinduri dalam sambutanya berharap peresmian kembali pabrik gula menjadi momentum kebangkitan PTPN II sebagaimana cita-cita bersama menuju perusahaan yang sehat dan karyawan sejahtera.
“Kita optimis akan mampu menjalankan roda operasionalnya, selain dari pabrik gula Kualamadu yang masih terus beroperasi. Tetapi ini merupakan titik balik kita, yang perlu sama-sama kita bangun kembali,” katanya.
Adapun alasan tutupnya pabrik ini dalam lima tahun kemarin lebih disebabkan karena pasokan bahan baku yang tidak mencukupi target. Karena itu pihaknya akan berjuang bersama untuk mengambil kembali lahan yang kini dikuasai oleh penggarap untuk dioptimalkan sebagai perkebunan tebu sebagai bahan baku.- (hms)