ANKARA, WARTATODAY.COM – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Turki akan memulai operasi militer di timur Sungai Eufrat di Suriah utara dalam beberapa hari. Pernyataan ini disampaikan Erdogan dalam pidatonya di KTT Industri Pertahanan Turki di Ankara pada Rabu (12/12/2018)
“Sudah saatnya untuk menyadari keputusan kami untuk memusnahkan kelompok-kelompok teror di timur Eufrat,” ucap Erdogan, dikutip Hurriyet Daily News.
“Kami akan memulai operasi militer di timur Sungai Eufrat dalam beberapa hari, untuk menyelamatkannya dari kelompok teroris separatis. Target Turki bukan tentara AS, tetapi para anggota kelompok teror,” kata Erdogan, mengacu pada kelompok People’s Protection Units (YPG) yang didukung AS.
Pada Selasa (11/12), Pentagon mengumumkan pos pengamatan AS di Suriah utara telah didirikan, meskipun Turki telah meminta untuk membatalkan pendirian itu. Pos tersebut dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pertikaian antara tentara Turki dan pasukan YPG yang didukung AS.
AS telah lama mengeluh bahwa ketegangan antara Turki dan YPG yang merupakan bagian dari Syrian Democratic Forces (SDF), telah memperlambat kemajuan dalam memerangi ISIS.
Namun Erdogan menegaskan, kini sudah tidak ada lagi ancaman ISIS di Suriah.
Dia menuduh AS telah dengan sengaja menunda rencana Turki untuk membersihkan Kota Manbij di Suriah dari anggota YPG.
“Jelas tujuan dari pos pengamatan AS di Suriah bukan untuk melindungi negara kami dari teroris tetapi melindungi teroris dari Turki,” sebutnya.
Juru bicara Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), Omer Celik mengatakan langkah pendirian pos pengamatan akan dilihat oleh Turki sebagai sebuah dukungan baru untuk elemen teror di Suriah. “Kami tidak melihat pendekatan mereka sebagai pendekatan yang bermaksud baik,” kata Celik, Selasa (11/12).
Tentara Turki sejak 2016 telah meluncurkan dua operasi militer di Suriah. Operasi militer terakhir dilakukan di kota perbatasan Afrin untuk melawan YPG pada Maret lalu.
Ankara menganggap YPG sebagai cabang dari Kurdistan Workers’ Party (PKK), yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS, dan Uni Eropa. Turki juga merasa skeptis terkait rencana AS untuk melatih sekitar 40 ribu penduduk di Suriah timur laut.
Pekan lalu, Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Joseph Dunford mengatakan AS perlu melatih sekitar 40 ribu militan lokal untuk memberikan stabilitas di Suriah.-