TEBINGTINGGI, WARTATODAY.COM – Politikus Partai Golkar Meutya Hafid, bagikan buku kisah memoar jurnalis Indonesia yang disandera di Irak berjudul ‘168 Jam Dalam Sandera’ kepada pengurus PWI Kota Tebingtinggi, Selasa pagi (27/10/2020) di Sekretariat PWI kota Tebingtinggi Jalan Gereja.
Kisah Meutya Hafid yang saat ini menjabat Ketua Komisi I DPR RI dan pernah menjadi pembawa acara berita disalah satu televisi Nasional itu ditulis dalam buku setebal 255 halaman. Buku itu diserahkan Meuty melalui Kader partai Golkar Pahala Sitorus MM dan diterima langsung Ketua PWI kota Tebingtinggi Abdullah Sani Hasibuan didampingi Sekretaris Ismail Batubara dan Bendahara Junjungan Saragih.
Pahala Sitorus mengatakan, buku ini ditulis terinspirasi oleh kisah seorang jurnalis yang pada saat itu mendapat penugasan kewilayah konplik di Irak. Pada saat itu Meutya Hafid disandera selama 168 jam. Tetapi akibat keuletan, kegigihan, ketekunan dan keyakinannya, maka dia selamat dan saat ini menjabat sebagai Ketua Komisi I DPR RI yang membidangi pertahanan dan keamanan.
“Karena saya memiliki komunikasi yang baik ke beliau maka kisah dia ini yang sudah berbentuk buku ini saya bawa untuk saya teruskan kepada rekan-rekan jurnalis, sehingga ini dapat memberikan semangat baru bagi wartawan-wartawan yang ada di Kota Tebingtinggi,” kata Pahala Sitorus.
Disebutkanya, Hidup itu, dalam kisah ini luar biasa sebenarnya peran jurnalis untuk membangun negeri ini. “maka wartawan dan jurnalis itu sudah masuk salah satu pilar didalam konsep pembangunan di negeri ini. Bukan hanya sekedar media informasi tetapi media yang mencerdaskan anak bangsa,” kata Pahala Sitorus yang juga Ketua Dewan Pimpinan Nasional Soksi Bidang Perkebunan, Kehutanan dan Lingkungan itu.
Ketua PWI Kota Tebingtinggi Abdullah Sani Hasibuan mengucapkan terimakasih atas kunjungan Pahala Sitorus serta pemberian buku itu dan disebrkan Sani, bagi PWI sosok Meutya Hafid tidak asing lagi karena selama ini banyak mengisi kegiatan-kegiatan jurnalis khususnya di Sumatera Utara.
“Semoga buku yang diterima dapat menginspirasi dan menjadi kekuatan didalam melaksanakan tugas jurnalistik,” katanya.- (red)